TUGAS
: PENGERTIAN ANALISIS TITIK IMPAS & ANALISIS SUMBER PENGGUNAAN
KAS,PERBEDAAN,BESERTA CONTOH KASUS
NAMA :
Karinia
NPM : 44213775
KELAS
: 3DA01
Pengertian
: Analisis Titik Impas (Break even Point) & Analisis Sumber Penggunaan Kas Beserta Contohnya
A.Pengertian Break even Point
(Tititk Impas)
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum
memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar
laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan
biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan
tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut
rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa
melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat
berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan
penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang
pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain
misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita
dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan,
biaya, dan laba
2. Struktur biaya tetap
dan variable
3. Kemampuan perusahaan
memberikan margin unutk menutupi biaya tetap
4. Kemampuan perusahaan
dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis
titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan,
penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk
meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi
keuntungan yang diharapkan melalui penentuan :
1. harga jual persatuan,
2. produksi
minimal,
3. pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas
perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat
ditentukan dengan tepat, yaitu:
1. Tingkat laba yang ingin dicapai
dalam suatu periode
2. Kapasitas
produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
· 3. Besarnya biaya yang harus
dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
B.Penjelasan break even point
Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering
digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari dan
menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume
rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu.
Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai “generating
income” yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan dapat
menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan.
Beroperasi atau tidak, biaya ini harus dikeluarkan, misalnya biaya penyusutan,
biaya sewa, biaya gaji, dan lain lain. Sebaliknya semakin banyak volume
kegiatan atau produksi semakin rendah biaya per unit biaya variable adalah biaya
yang jumlahnya tergantung pada volume kegiatan. Jika ada kegiatan pasti ada
biaya variable ini. Semakin banyak volume kegiatan maka semakin banyak biaya
variable. Namun biaya per unit relative sama. Misalnya biaya bahan, gaji tenaga
kerja langsung, komisi penjualan, dll. Pengetahuan terhadap biaya inisangat
penting dalam melakukan analisis break even.
Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan
juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya(
biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak
terjadi laba dan juga kerugian.
C.Rumus BEP
Pengetahuan akan angka break even ini sangatlah penting dalam melakukan
analisis keuangan, maupun dalam perencanaan laba dan pengambilan keputusan.
Perhitungan break even inidapat dijelaskan melalui contoh sebagai berikut:
Misalkan biaya tetap(fixed cost) Rp 40.000,-, biaya ini dikeluarkan kendatipun
tidak ada penjualan. Biaya variable Rp 1,2 per unit artinya berap unit yang
dijual biaya variabelnya dikalikan Rp 1,2. Bertambah besar volume penjualan
bertambah besar pula biaya variable. Penjualan per unit dimisalkan Rp 2.
Dari data ini dapat kita cari break
even sebagai berikut:
Penjualan adalah harga x Volume
(unit)
Sales = Price x
Quantity
S
= P . Q
S
=Rp 2 . Q
P menggambarkan harga per unit, Q
menggambarkan volume penjualan dalam unit, sedangkan S menggambarkan nilai
total penjualan (sales).
Total biaya adalah biaya tetap +
biaya variable
TC
= FC + VC
Jika FC = Rp 40.000,- maka :
TC
= 40.000+ 1,2.Q
Dari rumusan ini kita dapat membuat
rumus break even.
a. Rumus break even point
Kalau kita ingin mengetahui total
cost atau total penerimaan dari penjualan maka yang diperlukan hanya volume
penjualan dalam unit (Q). setiap jumlah Q akan kita dapat menghitung
sales,total cost, dan juga laba/rugi.
Namun dalam BEP yang menjadi pegangan
bagi kita adalah titik dimana perusahaan tidak mengalami laba dan tidak
mengalami rugi atau istilah lainnya titik IMPAS.
Titik impas ini terjadi apabila:
TR
(Sales) = P. Q
TC
= FC + VC
Jadi pada titik break even:
Harga x Kuantitas Penjualan
= biaya tetap + biaya
variable
P .
Q
= FC+ VC
P
.Q
= FC + (V . Q )
(P. Q) – (V.
Q)
= FC
Q
(P-V)
= FC
V= harga variable cost per unit
Jadi :
Q= FC / (P-V)
Dalam rumus dan contoh di atas maka
break even dapat kita hitung sebagai berikut:
Q =
= 
Q
= 50.000
b. Metode sederhana
Dari hasil perhitungan ini dapat
diketahui bahwa jumlah yang harus dijual kalau perusahaan berada pada titik
impas (break even) adalah 50.000 unit.
Perhitungan dengan cara lain dapat
dilihat dari table sebagai berikut:
Harga penjualan adalah Rp 2/unit.
Biaya variable Rp 1,2
Biaya tetap Rp 40.000,-
|
Jumlah unit
1
|
Harga penjualan
2(1x2)
|
Biaya Tetap
3
|
Biaya variable
4.(1x1,2)
|
Total Biaya
5(3x4)
|
Laba
6(2-5)
|
|
30.000
|
60.000
|
40.000
|
36.000
|
76.000
|
(16.000)
|
|
40.000
|
80.000
|
40.000
|
48.000
|
88.000
|
(8.000)
|
|
50.000
|
100.000
|
40.000
|
60.000
|
100.000
|
Break even
|
|
60.000
|
120.000
|
40.000
|
72.000
|
112.000
|
8.000
|
|
70.000
|
140.000
|
40.000
|
84.000
|
124.000
|
16.000
|
|
100.000
|
200.000
|
40.000
|
120.000
|
160.000
|
40.000
|
Dari table ini dapat dilihat
bahwa titik break even adalah pada jumlah volume penjualan sebesar 50.000 unit.
Ini berarti bahwa apabila penjualan
perusahaan 50.000 unit maka perusahaan berada dalam posisi tidak mendapat laba
dan tidak mengalami rugi. Oleh karena itu kalau ingin beruntung maka usahakan
agar penjualan di atas break even tersebut.
D. Kegunaan Lain dari BEP
Break even analysis sangat
bermanfaat dalam mengetahui hubungan antar cost, volume, harga, dan laba.
Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat mengetahui
berapa unit barang yang harus kita jual.
Apabila misalnya dalam contoh diatas
kita ingin laba Rp 8.000,- maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pertama jika tidak ada laba
rumusnya:
P x
Q = FC + VC
Kalau kita ingin laba Rp 8.000,-
maka rumusnya :
P x
Q = FC + VC + 8.000
2
Q = 40.000+
1,2 Q+ 8.000
0,8Q
=48.000
Q
= 60.000 unit.
Untuk mendapatkan laba sebesar Rp 8.000,-
maka kita harus dapat menjual 60.000 unit atau volume penjualan harus Rp
120.000,-. Rumus ini bisa juga dipakai dengan harga per unit, dengan
menggunakan rumus tersebut di atas.
Misalnya kita ingin mendapat laba
sebesar Rp 8.000,- tapi menurut manajer penjualan kita hanya dapat menargetkan
penjulaan sebanyak 50.000 unit saja. Jadi berapa harga per unit yang dapat kita
jual (agar keuntungan sebesar Rp 8.000 dengan penjualan sebanyak 50.000 unit) ?
Untuk itu gunakan kembali rumusan
yang sebelumnya:
P.Q
= FC + VC+ 8.000
P. 50.000 = 40.000+ 0,8(50.000)
+8.000
50.000 P = 8.000
P
= 1,76
Jadi jika kita ambil laba Rp 8.000
dan jumlah unit yang dijual hanya 50.000 unit, maka harga yang dapat kita ambil
adalah sebesar Rp 1,76. Kalau P= 1,76 maka laba dapat dihitung sebagai berikut:
Sales (TR) 50.000 x
1,76
= Rp 88.000,-
Biaya:
Biaya
tetap
= Rp 40.000,-
Biaya variable
50.000 x
0,8
=
Rp 40.000,-
Total
biaya
= Rp 80.000,-
Laba
= Rp 8.000,-
E. Kelemahan Penggunaan BEP
Dalam pemakaian analisis ini kita
harus menyadari keterbatasan yang dikandung model ini. Kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini
kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penwaran di
pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas
untuk harga jual yang berbeda.
2.
Asumsi terhadap cost
Penggolongan biaya tetap dan biaya
variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi
volume penjualan , biaya tetap mau tidak mau harus berubah karena pembelian
mesin-mesin atau peralatan baru guna meningkatkan volume produksi untuk
penjualan. Begitu pula pada perhitungan biaya variable per unit mengalami
perubahan karena pada saat tertentu dapat terjadi kenaikan harga bahan baku
sehingga menaikkan biaya produksi perusahaan.
3.
Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
4.
Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas
5.
Biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume
penjualan.
Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap
analisis titik impas seperti asumsi terhadap biaya yang dianggap tetap,
kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan jumlah dan harga yang juga
diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang disumsikan berubah sebanding dengan
perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk dapat membuat suatu
model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang mendasari perhitungan
tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin
kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi
yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik
impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan
yang berakibat pada kerugian usaha
B. Analisis
Sumber Penggunaan Kas
1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan
ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan
penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh
aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang
di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab
perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam
laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar
secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima
atau dikeluarkan selama periode tersebut.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan
sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan
sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan
kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi
para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan
pinjamannya.
2. Sumber Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah
satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah
kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat
likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat
perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam
kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas
yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan
keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang
hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas
akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu
ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya
dapat berasal dari:
a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets),
atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan
modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek
(wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang
jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan
kas.
d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas
yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang
dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga
(efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari
investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan
pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
f. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila
perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana
dari perusahaan yang bersangkutan
3. Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh
adanya transaksi-transaksi sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka
pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya
pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun
utang jangka panjang.
d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi
yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran
sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya
maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian
laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya
kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau
menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut.
Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan
untuk menutup kerugian tersebut.
4. Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas
Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan
penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan
jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus
menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta
tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang
memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal
analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan
menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan
antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang
mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang
terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang
tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara
lain sebagai berikut:
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi
dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting
assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan
pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk
cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang
yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva
yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang
bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam
bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya
penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan.
5. Langkah-Langkah Dalam Penyusunan
Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas,
dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua
titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang
diperbandingkan (current year).
c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos
neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan
debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta
bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk
mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan
dan berkurangnya biaya.
d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos
neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak
mempengaruhi kas.
e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut
untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat
dalam periode tersebut.
f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan
kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber
dan Penggunaan Kas”.
Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan
penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas),
penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan
kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan
kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas
harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.
g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya
diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.
Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri
tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kwartalan
sebanyak 300.000 unit selama tahun 2005.
Berikut disajikan informasi dengan rencana penjualan di atas,
yakni sebagai berikut :
Rencana penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal
I
: 40.000 unit
Kwartal II
: 60.000 unit
Kwartal III
: 20.000 unit
Kwartal IV
: 15.000 unit
Harga
jual/unit
: Rp 2.000
Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2004) adalah
Rp. 2.800.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 60% ditagih dalam
kwartal penjualan, sedangkan sisanya 40% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 4.800.000
yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode
tahun 2005.
http://dokumen.tips/documents/pengertian-analisis-titik-impas-55b514569eblainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar